Ini cerita berasal dari seorang informan yang
mempercayakan kisahnya untuk di posting di blog ini.
Sebut saja dia Rukonah. Ahhhh Rukonah. Cie
Rukonah hahahaha.
STOP
Rukonah ini tinggal di
salah satu kota di JABOTABEK, inisial kotanya yaitu kota Bogor Hahaha bukan
inisial itu namanya fan (Informannya
cuma minta di samarin nama doang sih jadi bukan salah gadis polos ini kan).
Kembali ke fokus cerita, jadi si Rukonah ini salah satu mahasiswa di teeeeeet,
dia mahasiswa tingkat abal-abal eh tingkat akhir di universitas itu. Si Onah sendiri sih
udah lulus, tapi ini cerita pas dia masih melajang (perasaan sekarang juga
masih melajar deh #eh). Lebih tepatnya di zamannya Onah masih jadi mahasiswi, Onah
beberapakali deket sama cowo dan jalan sama cowo. Dari banyaknya kumbang yang
datang dan pergi untuk hinggap di kuncup bunganya itu, ada salah satu kumbang
yang dia djolimi bak lalat yang ingin hinggap di gebuk sama sapu lidi plus
dibekem pake asep obat nyamuk bakar ya ada mamah kingkong nyuapin anaknya pake
pisang . Sadissssss coy. dan mulai dari sekarang kita panggil tokoh laki-laki
itu dengan sebutan TEMI asal kata dari TErjoliMI. switswiiiiiw
Nah suatu hari di siang
yang cerah gulandah, karena kebetulan Temi sama Onah ini sejurusan dikampusnya,
ga tau ceritanya (ga diceritain di part ini kenapa mereka langsung jalan)
mereka udah janjian buat ngdate bareng, nah si Temi ini ngajak Onah buat
nganter dia beli komponen hpnya di salah satu mall di Bogor, sebagai pendengar
yang baik, gw nanya dong, kenapa si Temi mau beli komponen Hp nah, dia punya
konter servic hape Nah ? dan Onah jawab “ kagak, dia sih bilangnya ga suka benerin
hape ke orang lain, lebih asik benerin hapenya sama dia sendiri”. ajaib banget
yang nih anak, kalo semua pemuda di Indonesia kaya si Temi udah deh tukang
servis hape gulung tikar ( gw salut sama lu mi).
Karena Onah ini tipe
wanita yang tidak matre dan menerimakan kemana saja angin membawanya, dengan
setianya Onah duduk manis di boncengin Temi ke mall tersebut. Lagi
asyik-asyiknya Onah menikmati perjalanan mereka berdua yang di temani angin
segar kota Bogor, datanglah sesuatu yang superduper sensitif di hidung Onah,
bau asem yang melekat memasuki lubang pernapasan memicu Onah menggerakan kepalanya
untuk melihat kesekeliling jalan yang dilewati oleh motor Temi itu. Saat
melirik kesebelah kiri, Onah tidak menemukan tempat-tempat yang
mencurigakan untuk dijadikan tersangka seperti tempat pembuangan sampah atau
sungai berair limbah misalnya. Onah tak gentar, ia mencoba untuk melirik
kesebelah kanan dan hasilnya sama yaitu nihil. Onah memutuskan untuk
berhusnudzon kepada bau asem itu mungkin saja hidungnya lagi eror pada detik
itu tapi kenyataan yang Onah dapat, semakin Temi menambah kecepatan motornya semakin
dahsyat juga bau asem yang mencoba bersilaturahmi sama idung Onah. Bak anjing
pelacak yang haus mencari tersangka, Onah menghembus seluruh area badannya yang
terjangkau saat diposisi dia boncengan sama cowo (Bisa dibayangin kalo kaki
yang di endus, bisa-bisa onah dijungkel atuh ke belakang). Setelah semua area
badan dilacak, tidak ditemukan unsur senyawa apapun yang menjadi sumber bau
asem tersebut, Onah merasa lega dengan hasilnya itu, dia melanjutkan pelacakan
ke area yang lain, area itu merupakan area badan Temi yang sekali lagi cuma
area yang bisa terendus diposisi Onah sedang diboncengin Temi. Onah memulai
dengan menghembus jaket yang di pake Temi di area punggung yang tengah, hasil
deteksi tidak menemukan sesuatu yang aneh. Onah melanjutkan pelacakan ke daerah
yang titik kordinatnya aga mojok, yaitu ketek Temi dengan keragu-raguan Onah
mendekatkan indra penciumannya untuk mendekati sasaran. Tik tok tik tok tik tok
tik tok tik tok detik demi detik hidung Onah mulai mendekat, tidak butuh jarak
yang teramat dekat, hidung Onah mengeluarkan bunyi sirine pertanda dia mendeteksi
sesuatu, tak lain dan tak bukan yaitu sumber dari bau asem yang ternyata
sumbernya berasal dari area ketek si Temi. Dengan mungucapkan alhamdulillah
Onah berhasil menemukan tersangka utamanya, butuh beberapa detik Onah mulai
tersadar dengan kenyataan yang mengecewakan ini, rasa optimis yang awalnya
memenuhi relung hatinya untuk Temi dengan seketika berubah menjadi boomerang
yang meluluh lantahkan harapan Onah. Onah tidak mengharapkan lebih dari sosok
jodoh yang dia cari, meskipun tidak ganteng setidaknya dia kaya, meskipun tidak
pintar setidaknya dia kaya, meskipun dia tidak soleh setidaknya dia kaya, meski
dia tidak peka setidaknya dia kaya, meskipun dia tidak kaya setidaknya dia
punya kerjaan yang menjanjikan (trus hubungan sama bau apa fan) hahahahaha.
Intinya Onah tuh ilfeel berat sama cowo ga rapi, setidaknya cowo ini paket
zonknya tuh lengkap udah mah ga cakep-cakep amet di tambah bau ketek pula.
Mungkin kekurangan lain seperti jelek dan mau mulut masih bisa di atasin dengan
cara beli’in doi baju yang keren trus aga sedikit dipermak biar agak ganteng,
dan masalah bau mulut doi bisa diatasin dengan pura-pura nawarin dia permen
beraroma segar. Dan bisa di bayangin kalo masalahnya itu bau ketek, masa Onah
mau nawarin “Kamu mau pake deodaran aku gak?” kan ga sopan jendral.
Selama sisa perlajanan
yang menyiksa itu Onah mencoba tegar menerima cobaan yang sedang menguji
kesabarannya itu, setibanya di area parkir Temi membuka helm dan melepas jaket
yang dipakenya itu, setelah jaket itu
dibuka bau ketek Temi semakin menjadi yang awalnya kadarnya cuma tercium dengan
jarak 30 cm berubah menjadi 1,5 M. Dengan muka di tekut Onah mencoba menahan
mual dan mempercepat langkah kakinya untuk segera masuk kedalam mall.
Sesampainya di toko yang di tuju Temi dengan lancarnya dia menyebutkan apa saja
yang dia butuhkan kepada pelayan toko. Kesempatan emas itu tidak disia-siakan
oleh Onah, dia mulai mensetting alarm di hapenya dengan waktu yang telah dia
itung tepat agar bunyinya sesuai dengan kondisi yang dia harapkan.
Setelah membayar semua
pesanannya itu Temi mengajak Onah untuk mampir makan ke cafe dekat sana, dengan
timeing yang tepat hape Onah bergetar dan mengeluarkan bunyi ciri khas
panggilan masuk, dengan sigap Onah meminta ijin untuk mengakat telepon.
“Halo mah, ada apa?” Tanya
Onah
“ Astagfirallah ya Allah
lupa mah”. Masih suara Onah
“hah apa? Iya Onah lagi di
mall teeeeet nganter temen belanja”.
“ oke oke mau pulang kok”.
“iya mau pulang mah, maaf
ya mah”.
“oke, dadah mamah”. Onah
mengakhiri percakapannya dengan dirinya sendiri, karena pada kenyataannya itu
bukan suara panggilan telpon, ternyata itu bunyi alarm yang tadi udah Onah
setting sebelumnya. Tidak ada suara mamahnya Onah, tadi hanya akal-akalan otak
liciknya Onah saja untuk memulai strategi misi pembebasan tawanan dari monster.
Karena dengan sengaja Onah
mengangkat telpon dengan hanya membalikan badan, sehingga alibi percakapannya
itu pasti terdengan oleh Temi, dan tebakan itu benar Temi langsung bereaksi.
“Kenapa Nah ?”. tanya Temi
“ aduh sorry nih Mi, aku
lupa kalo sore ini tuh aku ada janji nganter mamah buat belanja bulanan, tadi
yang telpon mamah dan nanyain aku kemana. Jadi aku ga bisa lanjut makan sama
kamu Mi, aku mau langsung pulang aja, sorry ya Mi”. Dengan muka serius tanpa
sedikit tampang berdosapun Onah melontarkan penjelasan yang amat teramat bohong
itu.
“ oh gitu ya Nah, ya udah
aku anterin kamu pulang nyampe rumah aja ya Nah”. Dengan berbaik hati Temi
menawarkan diri.
“ oh ga usah ko Mi, rumah
aku udah deket ko, gapapa ko kamu langsung pulang aja ke kostan ya ya ya”. Dan
dengan tak tau diri Onah menolak secara terang-terangan niat baik dari Temi.
“ serius nih ga mau di
anterin sam aku Nah ?”.
“ ga usah mi, serius deh
ga usah. Ya udah aku duluan aja ya, takut kesorean, dadah temi “. Dengan
singkat Onah mengucapkan salam perpisahan yang ikuti dengan langkah seribu.
Mungkin
pada saat itu Onah berpikir boro-boro buat makan bareng sama Temi, bertahan di
samping Temi buat setengah jam lagi pun bisa-bisa ambulance rumah sakit bakal
segera dia tumpangi. Demi kebaikan kesehatan hidungnya, tanpa berniat untuk
menyakiti hati Temi, Onah lebih baik
pergi dengan diam seribu bahasa.
*BERSAMBUNG*
dengan fani meida ariyanti disini